Pembangunan yang selama ini diterapkan negara-negara berkembang  termasuk negara Indonesia telah membawa sejumlah perubahan yang cukup  baik. Disamping berbagai prestasi atau kemajuan yang berhasil diraih,  terlihat pula sejumlah potret kehidupan yang memperburuk citra  pembangunan. Semakin panjangnya barisan kemiskinan, meningkatnya  pengangguran, beban hutang luar negeri yang semakin menggila, dan  berbagai ketimpangan yang tidak dapat dipisahkan dan dihindarkan dari  pembangunan itu sendiri. Manfaat pembangunan lebih dirasakan oleh  kelompok masyarakat lapisan atas, sehingga jurang kesenjangan sosial dan  ekonomi semakin menganga pula. 
Adanya kesenjangan antar desa-kota (khususnya antara sektor  pertanian dan industri) serta kesenjangan antar daerah. Kesenjangan  desa-kota yang selama ini terjadi merupakan salah satu hambatan bagi  suatu daerah untuk ikut terjun ke dalam mainstream economy. Kesenjangan  tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : (i). Sosial  ekonomi rumah tangga atau masyarakat, khususnya kesenjangan pendapatan  antara rumah tangga di perkotaan dan di perdesaan; (ii). Struktur  kegiatan ekonomi sektoral yang menjadi dasar kegiatan produksi  rumahtangga atau masyarakat, khususnya pada sektor-sektor ekonomi yang  menjadi basis ekspor dengan orientasi pasar dalam negeri (domestik) ;  (iii).Potensi regional (SDA, SDM, Dana, Lingkungan dan infrastruktur)  yang mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi. Pada  daerah-daerah yang beruntung memiliki sumberdaya berbasis ekspor, maka  daerah-daerah ini secara relatif lebih makmur dibandingkan dengan  daerah-daerah yang tidak memiliki sumberdaya yang dapat dipasarkan  keluar ; dan (iv). Kondisi kelembagaan yang membentuk jaringan kerja  produksi dan pemasaran pada skala lokal, regional dan global. Adanya  kerangka kelembagaan yang kokoh akan sangat mempengaruhi posisi  tawar-menawar dengan pihak pemasok maupun pihak pembeli (Bintoro, 2002). 
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesan kota sebagai memiliki  atribut yang positif dan desa yang terkesan negatif. Salah satunya yang  terpenting adalah bahwa kota mewakili suatu kedinamisan dan  progresifitas (kemajuan), sementara desa menyimbolkan kediaman dan  keterbelakangan serta kemalasan.
Masyarakat pedesaaan memiliki rasa kekeluargaan yang sangat kental  dibandingkan dengan masyarakat perkotaan yang bersifat individualisme  tinggi yang antara satu dan yang lainnya tidak saling menghargai bahkan  tak saling mengenal. Itulah perbedaan yang mencolok antara masyarakat  pedesaan dan masyarakat perkotaan.
Sumber : www.google.com
Jumat, 15 Oktober 2010
Jumat, 08 Oktober 2010
Manusia Dan Budaya
Manusia Dan Budaya merupakan salah satu ikatan yang  tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan  yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan  melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Kesenian ini masih satu jenis dengan seperti ketuk tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat.
Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Kesenian ini masih satu jenis dengan seperti ketuk tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat.
Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali.Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju).
Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi  yang terletak di ujung timur Pulau Jawa,  dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah  jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya,  Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.
Langganan:
Komentar (Atom)
